Sep 16, 2008 0 comments

my (best) Self Defence

Tarung Derajat –Boxer adalah olahraga beladiri full body contact hasil pengembangan dari GH.Achmad Derajat atau sering dipanggil dengan AA Boxer. Tradisi Latihan Tarung Derajat yang cukup keras ini diambil pengalaman sang guru mempertahankan diri di “jalan”. Asosiasi resmi beladiri ini adalah KODRAT (Keluarga Olahraga Tarung Derajat).
Olah raga ini mempunyai spesifikasi perpaduan lima unsur daya gerak yang terdiri dari "kekuatan", "kecepatan", "ketepatan", "keberanian", dan "keuletan".
Tarung Derajat merupakan olah raga beladiri yang murni melatih kekuatan fisik (tubuh), dengan kata lain dalam Tarung Derajat tidak terdapat materi tentang tenaga dalam. Walaupun Tarung Derajat dikenal -- oleh masyarakat -- sebagai olahraga fisik yang keras, tapi sama sekali ia tidak mengajarkan anggotanya untuk bersikap anarkis dan angkuh. Bahkan sejak awal Sang Guru, Aa Boxer, sebagai pencipta olahraga ini berkomitmen bahwa Tarung Derajat merupakan olahraga beladiri yang menekankan pembentukan akhlak, serta pribadi mandiri yang berhati nurani serta mempunyai watak yang lembut dan bijaksana. Hal ini tercermin dalam beberapa motto filosofis (doktrin) Aa Boxer: "Aku Ramah Bukan Berarti Takut, Aku Tunduk Bukan Berarti Takluk", "Jadikanlah Dirimu Oleh Diri Sendiri", "Aku Belajar Tarung Derajat untuk Mengalahkan Diriku Sendiri, Tapi bukan untuk Dikalahkan Orang Lain".

*Beladiri yang kutekuni selama 8 tahun memegang kurata 4 (blue belt), rupanya masih kurang rasanya untuk menyelaraskan jiwa dan raga ini hehehehehehe…….



Sep 13, 2008 0 comments

14 September 2008




Hari ini tepat setaun aku berada di site Freeport McMoRan Indonesia....sangat menyenangkan sekali pagi ini bangun tidur mengingat hari ini adalah tanggal 14, gak terasa juga telah setaun aku bertarung dengan dinginnya underground di 3020/L dpl dan malasnya bangun pagi, ternyata semua bisa dilalui... mengingat2 setaun.... telah banyak hal yang kudapat dan pelajari dari sini... mulai project management, positioning UG, web development, komunikasi, mental di tempat kerja, kerja team, berbagai training UG, technical report dan tentu saja future decission.


Pengalaman yang sangat tak ternilai ketika aku bertemu teman baru dengan kecerdasan luar biasa dari seluruh univ ternama di Indonesia maupun Kanada dan Amerika, ketika aku diarahkan untuk mengubah mindset oleh seorang kakaku disini, ketika aku harus mendelegasikan pekerjaan ke subordinate, ketika aku harus menahan emosi akibat workload yang tidak logis, ketika aku harus bertahan di pekerjaan yang menjemukan, ketika aku harus mengeluarkan argument di meeting expat, ketika aku memperoleh prestise oleh superintendent, ketika aku harus berlaku profesional, ketika aku berpikir untuk pindah, ketika setiap hari adalah pressure, ketika seorang soulmate adalah bullshit damn cunt, ketika aku iri dengan teman2 yang bekerja di Jakarta, ketika temen lamaku masih setia menanyakan aktivitasku tiap hari,,,


satu hal yang kuingat ketika memutuskan bekerja di my out of knowledge adalah bisakah aku menjadi yang terbaik di tempat ini?


hingga saat ini aku gak tau apakah aku terbaik dari orang2 terpilih di tempat ini, tapi yang aku tau aku sudah memberikan yang terbaik dari apa yang aku punya... *dan akan begitu selalu


sejenak berpikir, royn yang akan datang, adalah royn memulai karirnya di tempat dingin ini, setaun yang lalu....




Underground Big Gossan Office,

14 September 2008,

143' 7’1.605’’ BT_4' 4’53.062’’LS_3020.533m dpl,


me
Sep 10, 2008

Inspeksi Tunnel Upper Big Gossan

Hari ini aku mendapat line up untuk inspeksi ground support underground tunnel di Upper Big Gossan… sehabis mengerjakan daily round count dan daily development report, aku langsung menyiapkan masker, savox (self oxygen rescue), Google, Disto (digital measurement meter dgn laser)..
For your information, jalan di tunnel underground merupakan aktivitas yang penuh resiko, bagaimana tidak, kita berjalan di confined space, penuh kegelapan, sedikit oksigen (Karena sumber udara hanya melalui fan motor), ditambah lagi dengan kendaraan berat yang lalu lalang,,, tetapi semua resiko diatas tentu dapat dihindari dengan menggunakan tools yang proper…


Aku berjalan ke 3140/L Incline dengan grade 15%, lumayan terjal juga yah… cape juga yah…
Setelah selesai ngukur2,,, balik ke kantor dan cek email….. aku smile……..

*Someone has sent me e-ticket from Cairns……
Yuuuuhhuuuuy ma first abroad……………

Research of glatser at Jayawijaya


PT Freeport Indonesia (PTFI) telah bertekad memberi bantuan logistik kepada sebuah ekspedisi penelitian yang ingin melakukan penyelidikan atas daerah gunung gletser dekat Puncak Jaya pada tahun 2009. Di antara anggota-anggota ekspedisi penelitian tersebut yang diselenggarakan atas kerjasama dengan Badan Meterologi dan Geofisika Nasional Indonesia terdapat tokoh-tokoh ilmu pengetahuan berpengalaman di bidang pengkajian ilmu gletser dan cuaca dari berbagai universitas ternama di Amerika Serikat seperti Ohio State University, Columbia University, Indiana University dan Texas A&M University. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengambil sampel es (ice cores) yang akan menunjukkan informasi penting mengenai perubahan cuaca dan pemanasan global sebelum bukti ini hilang, karena gletser di seluruh dunia telah mengalami dampak pemanasan global dan mencair.

Dr. Dwi Susanto selaku direktur dari Indonesian Research Coordination pada Lamont Doherty Earth Observatory yang merupakan bagian dari
Earth Institute, suatu lembaga bergengsi di Columbia University, telah berangkat ke Papua menjelang akhir bulan Agustus dengan tujuan mengumpulkan data untuk melakukan perencanaan dan persiapan ekspedisi pada tahun depan. Di antara acara kunjungan beliau ke Papua termasuk serangkaian pertemuan bersama PT Mineserve International, Divisi Geo & Technical Services PTFI dan PT Airfast Indonesia, perusahaan-perusahaan yang telah berpengalaman luas dalam memindahkan alat-alat besar seperti alat pemboran dan perlengkapan berat, di daerah berbukit yang sulit dilalui serta cuaca yang sangat menantang di Papua. Sementara itu beliau juga sempat bertemu dengan petugas-petugas Departemen Lingkungan PTFI untuk membicarakan sistem pengumpulan data saat ini yang dikelola oleh PTFI sebagai bagian dari program pemantauan lingkungan PTFI yang bisa memberi manfaat tambahan bagi tim penyelidik.
Dukungan PTFI kepada ekpedisi penelitian tersebut merupakan bagian dari komitmen PTFI dalam mendukung penelitian di bidang lingkungan di Papua, komitmen yang mana telah berjalan sejak lama dan telah membuat kontribusi signifikan kepada ilmu pengetahuan alam di Papua melalui hasil-hasil berarti seperti penemuan jenis mahluk hidup yang baru, koleksi-koleksi rujukan serta terbitan-terbitan tulisan, buku-buku dan poster-poster. Salah satu ekspedisi yang pernah diberi dukungan PTFI di masa lampau dan patut diberi perhatian khusus adalah ekspedisi Conservation International yang diselenggarakan pada tahun 2005 yaitu ke daerah pegunungan Foja di Papua dimana telah berhasil ditemukan beragam jenis baru tumbuh-tumbuhan, burung, katak, serangga dan binatang mamalia. Apakah Anda ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang hal-hal tersebut di atas? Silahkan Anda klik di sini untuk membaca kebijakan-kebijakan berkaitan dengan bidang Energi dan Perubahan Cuaca dari perusahaan Freeport-McMoRan Copper & Gold.

salah kaprah metode Lyzenga

Hari ini aku bener2 gak bisa ngliat matahari deh(*sepertinya tiap hari deh).. gimana gak, berangkat jam setengah 5 pagi n pulang jam setengah 8 malem (ketinggalan bus sih sebenernya, karena keasikan cek imel), biasanya sih jam setengah 6 udah nongkrong dikamar or di gym….
Sehabis mandi dengan air hangat aku sempatkan nulis uneg2 dulu nih, biar gak lupa apa yang mau ditulis…… kali ini pengen nyaintifik sedikitlah,,,,,,

Pagi ini Pak Vincent (my best supervisor waktu kuliah dulu) ngirim email, tentang artikel Lyzenga (REMOTE SENSING Handbook for Tropical Coastal Management (extracts)), beliau merupakan orang yang membawa metode Lyzenga ini ke Indonesia (1995) sepulangnya dari Perancis untuk memperoleh PhD-nya.
Nah yang menjadi masalah ternyata masih sangat banyak dari scientis2 yang men-salah kaprahkan metode ini, masih banyak dari mahasiswa yang ingin asal lulus baik S1 S2 menggunakan Lyzenga seenaknya baik dalam skripsi maupun tesis… sehingga hasil pemetaan yang didapat adalah nothing… bias dibayangkan ketika mereka2 menggunakan Lyzenga dalam diseminasi maupun seminar2 nasional bahkan dalam prosiding2, maka informasi yang disampaikan tidaklah benar adanya…. Sangat disayangkan….



Sewaktu mengolah data sekitar bulan Januari tahun lalu, aku bener2 mati2an mencari tau penurunan rumus dari algoritma yang konon katanya bisa memetakan dasar perairan dangkal ini, mungkin karena itulah benthic remote sensing masih mengalir dalam darah dagingku…… saat itu aku sampe2 minta dikirim Prof. Lyzenga sndiri & bbrp minta didownloadkan rekan di LN..


aku juga menemukan salah kaprah metode ini ketika praktikum dasar penginderaan jauh menggunakan ER Mapper yang diasuh oleh asisten dulu.


FILOSOFI dari metode lyzenga sebetulnya begini : Pengaruh kedalaman ternyata mengacaukan pembedaan obyek bentik, baik mata visual maupun lewat citra. Bayangkan kita melihat obyek karang yang sama di kedalaman 2 meter, 5 meter, 10 meter dari atas, apakah kita yakin bahwa obyek tsb akan tampak tetap sama bagi kita ? Bisa jadi karang di kedalaman 5 meter kenampakannya bisa spt lamun, dll. Satelit juga mengalami kesulitan spt itu yg disebabkan kedalaman. Cara mudah sebetulnya jika kita mempunyai nilai koefisien atenuasi untuk band2 yang digunakan, misal band 1, 2 & 3 untuk Landsat. Setelah koefisien atenuasinya dikalikan dg nilai bandnya maka kenampakannya akan ‘bebas pengaruh kedalaman’ karena telah dikoreksi peredupan / atenuasinya. Sayangnya koefisien atenuasi diukur dg radiometer di lapangan, susah&mahal. Makanya Lyzenga memakai ‘otak-atik’ dg memakai RASIO koefisien atenuasi setelah sebelumnya nilai bandnya di linierkan (di-ln) (karena cahaya berkurang secara exponential).

Dalam jurnal internasional, persamaan Lyzenga sering disebut sbg index, yaitu depth invariant index. Secara umum (detilnya tmsk penurunan rumus dll, mungkin bs disambung selanjutnya) bentuk persamaannya:
Depth invariant index/Index bebas kedalaman:dimana i & j menyatakan band-band dari data satelit yang digunakan yang mempunyai penetrasi ke dalam air, ki/kj adalah rasio koefisien peredupan dari band i dan band j, Lsi dan Lsj adalah komponen gangguan atmosfer untuk band i dan band j, didapat dari sampling pixel laut dalam.
Untuk Landsat TM & ETM index Lyzenga asli ini diterapkan ke band 1, 2 & 3 sehingga menghasilkan 3 band baru (kombinasi 1&2, 2&3 dan 1& 3). Dasarnya 3 band landsat tsb masih punya penetrasi ke dalam air, tmsk band 3. Cara mendapatkan ki / kj rumusnya sama dg yg versi Indonesia, tapi caranya beda. Ki / kj harus didapatkan dari obyek yg sama tapi beda kedalaman, yaitu setelah sampling nilainya harus diplot dulu ln band i vs ln band j, nilai sampling obyeknya harus linier, baru dihitung variance / covariance. Semua pasangan band dilakukan demikian. Aku mengeksekusi Ki/Kj ini lewat lapangan dulu, aku pastikan ada pasir yg beda kedalaman/karang yang beda kedalaman, aku pastikan positioningnya, baru aku sampling lewat citra. Semua pasangan band dilakukan demikian. Kemudian dapat 3 band baru hasil transformasi lyzenga. Band2 baru ini juga perlu diuji, apakah benar obyek yang sama tapi beda kedalaman sudah mempunyai nilai yang relatif sama (tidak lagi terpengaruh kedalaman?). Selanjutnya klasifikasi bisa dilakukan supervised atau unsupervised menggunakan informasi obyek dari lapangan atau info panduan spectral obyek RGB citra yang asli (ada jurnalnya).
Disamping itu kita perlu memasukkan unsur Lsi ato Lsj, sebagai komponen gangguan atmosfer.
1. Ki/Kj untuk Lyzenga asli didapat dg sampling dan plotting yang detil untuk memastikan obyek sama tapi beda kedalaman
2. Hasil band baru transformasi Lyzenga asli diuji lewat statistik untuk memastikan bahwa pengaruh kedalaman telah berkurang / bahkan hilang.

Oiya David L. Jupp juga punya metode yg sangat terkenal, setara Lyzenga, namanya DOP, depth of penetration method.. akan kubahas lain kali yah…..
Karena sekarang saatnya bo2……. mengingat besok jam 3.15am harus sudah bangun......
met bobo...........
Semoga bermanfaat, kalo ada rekan2 mau sharing monggo,,,,,,,,


Sep 8, 2008

Soulmate





Sep 6, 2008

apa yang kamu pikirkan pasti bisa terjadi...



Seperti de-javu aja.....


pernah gak kamu mikirin dulu ketika waktu kecil kamu mau jadi apa, n sekarang kamu bisa menjadi seperti apa yang kamu bayangin dulu?



dulu sewaktu smu aku pernah berpikir, bisa nggak yah aku ngliat truck yang besarnya sebesar rumah yang dipakai di tambang2? hmmm rupanya kesempatan itu datang 3 harii yang lalu ketika aku diajak superintendentku naik ke grasberg 4500m dpl (open pit mining, maklum lah aku kerja di underground)...... jadi aku bisa liat dengan mata kepala sendiri.......



hehehe I got the point,,,,,, sekarang saatnya aku memikirkan impian yang lain yang lebih besar


Sep 5, 2008

Cell Based Modeling -> Cellular Automata (GIS)

Semalem gw coba buka-buka file2 penelitian gw tentang GIS Cell Based Modeling, sembari mengingat apa yang telah menjadi karya agung ku saat itu,,,,
Semester 5, ketika kuliah pemetaan dengan Pak Vincent beliau banyak menyinggung mengenai GIS berbasis sell,, rupanya GIS berbasis sel itu menjadi inspirasiku sebagai bahan skripsi... tidak gampang memang memahami konsep sembari mendalami proses teknikal di ArcGIS, alhasil (lagi-lagi) dengan kerja keras semua bisa terlewati dengan baik...
iseng-iseng browsing pagi ini journal-journal di ITC, rupanya metode cellular automata udah mewabah, as always lagi2 GIS adalah tool yang universal dalam berbagai aplikasi... *gw gak yakin anak ITK ada yang sudah menerapkannya
Adek kelas gw Hari (yang penelitiannya gak kelar2), dulu pernah bertanya "gor mungkin gak kita tracking penyebaran penyu dengan GIS"... waktu itu gw cuman bilang "gak ada yang gak mungkin dengan GIS!" tanpa memberi solusi yang real baginya... akhirnya dia hanya mengambil topik kerentanan Terumbu Karang dengan CBM.... *udah kelar belum penelitian lu bro?
pagi ini sepertinya gw udah mendapatkan jawabanya.......
Sebenarnya banyak metode yang dapat digunakan untuk memprediksikan penyebaran penyu, dua methode yang “relatif baru” untuk spatial planning, adalah Cellular Automata dan Agent Based Modeling.
Cellular automata atau lebih popular dengan singkatan CA sebenarnya didukung oleh ArcGIS lewat spatial tools, namun untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna sebaiknya meminta bantuan “phyton” untuk scripting pemberi karakter "real world" pada tiap cell (CA berbasis raster, walaupun ada peneliti yang menggunakan basis vector : Yang, Q.S., X. Li, and X. Shi, Cellular automata for simulating land use changes based on support vector machines. Computers & Geosciences, 2008. 34(6): p. 592-602). Cara kerja CA berdasarkan kalkulasi matematis, dengan memperhitungkan (nilai) lingkungan (environment) sekitarnya (cell tetangga - lihat juga ide dasar Diagram Voronoi). CA dapat memprediksi arah (loop) cell tetangga yang paling suitable untuk di “aneksasi” (dalam kasus Oogway, menjadi daerah yang positif akan menjadi penyebaran penyu *sesuai dengan kesukaan hidupnya), proses ini akan terus berulang sehingga pada periode yang kita tentukan (bisa sejam, sehari, sebulan maupun setahun) secara automatic. Selain ekstensi standar (Spatial Tools), extensi hawth (HawthTools) juga mendukung method CA, namun sayang gw belum pernah explore lebih jauh tentang CA dengan hawthBasic CA bisa diliat di http://en.wikipedia.org/wiki/Cellular_automata, Spatial CA lebih jauh bisa main ke http://www.itc.nl/ISSDQ2007/proceedings/Postersession/hegde_MuraliKrishna.pdf.
Untuk parameter lingkungan (yang akan disimulasikan) dapat mengembangkan parameter yang dapat diperkaya dengan other relevant expert knowledge yang salah satunya mungkin merupakan latar belakang ilmu ke-penyu-an.
Metode kedua adalah Agent Based Modeling (ABM), model in sangat dinamis, sbenarnya ide CA dan ABM mirip, yaitu memerintahkan objek untuk meniru “real world”, tentunya juga dengan bantuan scripting. Perbedaan utamanya adalah pada model ABM terdapat satu objek lain yang selalu bergerak yang disebut Agent (dalam kasus kita yang menjadi agent adalah penyunya itu sendiri seperti misalnya penyu di Pantai Utara Bali) yang sebenarnya adalah “objek” yang kita perintahkan mengikuti kebiasaan(adat-istiadat) si penyu tersebut. Sedangkan “environment” adalah lingkungan yang meniru tempat si penyu melakukan aktifitasnya (contohnya daerah spawning-bertelur).
Sayangnya ArcGIS belum memiliki tools yang mendukung penuh metode ABM. Namun kabar baiknya, ada software gratis (NetLogo) yang mendukung ABM, bisa di download lengkap dengan basic tutorial. (Bisa di unduh disini : http://ccl.northwestern.edu/netlogo/download.shtml) untuk perkenalan dengan ABM lebih jauh bisa ke http://gisagents.blogspot.com/ dan http://www.casa.ucl.ac.uk/working_papers/paper142.pdf serta tentunya bisa main-main di Google... *seperti yang gw lakukan who is been googling Maria Ozawa hehehehe
 
;